JIMAT MATA PANGULUH UNTUK PERJUDIAN #bacahorror #bacahoror ( PERINGATAN!! ISI DALAM CERITA INI BUKAN UNTUK DI TIRU!! ) (Gambar Hanya Sekedar Ilustrasi)
"Wan! Pulang sana!! Tuh istrimu dari tadi bolak balik nyariin kamu!" Ujar Gani sembari mendorong tubuh Wawan yang duduk di sebelahnya "Aakhhh.." Raut kekesalan terlihat jelas di wajah Wawan. bagaimana tidak, karena sudah dari tadi malam sampai siang ia berjudi,
Selalu tak pernah menang. Sudah sana sini ia berhutang untuk modal judi. Dan sekarang tak ada lagi yang mau memberikan hutangan padanya.
Braaakkk.. Wawan keluar sambil menghempas pintu dengan kasar. "Dasar si Wawan, istri sedang mengandung malah di tinggal berjudi." "Lalu kau kira kita2 ini bagaimana?!" Ujar Gani yang di sambut gelak tawa teman2 seperjudian nya
Wawan makin jengkel mendengar gelak tawa dari teman2nya yang berada di dalam. "Judi.. Judi.. Judi terooss!!" Bentak seorang wanita yang tengah hamil tua saat melihat Wawan berjalan pulang
"Sejak kapan kau berada disitu?!" Tanya Wawan ketus "Beras di rumah habis. Gula, kopi sama sekali tidak ada! Bagaimana aku bisa makan?!! Aku hamil wan! Kau malah enak2an keluyuran dan main judi!! Banyak kau menang hah??!!"
"Kau kan bisa pinjam atau minta beras pada orang tuamu! Tidak mungkin mereka tidak mau memberi beberapa mok untuk kau, apalagi mereka baru saja panen." "Dan satu lagi, dari raut wajahku saja kau pasti sudah tau kalau aku kalah! Jadi tak usah kau tanya2 lagi!!
Lagi pula kalau misalkan aku menang judi, uang nya tak akan ku buang pasti ku berikan semuanya untukmu!" Ujar Wawan dengan langkah yang semakin laju
"Dasar laki tidak berguna!! Menyesal aku kawin dengan laki2 macam kau Wawan!!" Teriak Suhaila Mendengar teriakan itu, Wawan berbalik, wajahnya nampak merah padam menahan emosi. "Kau bilang aku apa hah?!!! Laki2 tak berguna??!! Kau menyesal kawin dengan aku?!!"
Bentak Wawan menatap lekat kearah istrinya, Suhaila menutup matanya ketika Wawan sudah mengangkat tangan nya tinggi2 bersiap untuk menampar pipi istrinya, namun Wawan kembali menurunkan tangan nya ketika ia melihat perut Suhaila yang sudah kian membuncit itu.
Ia tak tak tega. "Huuhh.." Wawan berbalik dan meninggalkan Suhaila yang masih berdiri di situ -- Cerita kembali ke sebelum Suhaila menikah dengan Wawan. Suhaila merupakan kembang desa yang sangat cantik, dulu banyak para lelaki yang datang dari berbagai daerah
Untuk meminang Suhaila, salah satunya adalah anak juragan karet yang orang tuanya sangat di segani di desanya. Namun entah mengapa, tak ada satupun yang Suhaila terima dari para peminang yang datang tersebut. Dan yang sangat mengagetkan iyalah Suhaila malah menerima pinangan
Dari Syazwan Hilmi, Yang saat itu semua orang di desa tau kalau pemuda tersebut adalah pencandu judi. Keseharian nya hanyalah bermain judi, judi dan judi.
Pilihan Suhaila itu membuat orang tua nya marah, dan pernikahan mereka tak pernah di restui oleh orang tua Suhaila. Setelah menikah dengan Wawan, Suhaila pergi dari rumahnya dan tinggal di rumah Wawan bersama ayah dan ibu dari suaminya.
Namun baru beberapa bulan menikah, rumah tangga keduanya mulai di guncang berbagai macam ujian. Mulai dari panen milik ortu Wawan yang gagal, ibunya yang sakit2an, dan Wawan yang di berhentikan dari pekerjaan nya sebagai kuli bangunan.
Bahkan mereka berempat pernah tak makan, dan tidur dengan perut yang kosong. Tak sampai disitu, Suatu hari Ayahnya Wawan di patuk ular kobra saat sedang berada di sawah dan membuat beliau kehilangan nyawa setelahnya.
Tidak lama selepas meninggalnya Ayah Wawan, Ibunya Wawan pun menyusul. Bagai tersambar petir di siang hari, Wawan hancur, sedih, sakit. Namun walau bagaimana pun ia menangis dan berteriak, itu semua tak ada gunanya dan tak akan pernah bisa mengembalikan yang sudah tiada.
Hingga di suatu pagi setelah beberapa bulan berlalu, Suhaila mendekati suaminya yang sedang bersiap2 untuk bekerja. Wajahnya terlihat berseri. "Di minum dulu kopinya." Ucap Suhaila Wawan mengangguk sambil tersenyum. Pelan2 ia mengangkat gelas kopi yang masih
Panas tersebut mendekati bibirnya lalu menyeruput dengan perlahan. Senyum di bibir Suhaila masih terlihat, dalam hatinya Wawan sangat bersyukur bisa menikahi gadis pujaan nya itu. karena sebab Suhaila lah dia bertekad untuk berhenti dan melupakan Judi.
"Sayang, kenapa senyum terus dari tadi?" Tanya Wawan "Mmm.. Aku, hamil." Ucap Suhaila hati2 Mata Wawan terbelalak, senyumnya mengembang sangat lebar. Hatinya benar2 bahagia sekali saat itu.
"Berarti aku, sebentar lagi akan jadi Abah." "Bukan sebentar lagi, tapi sudah menjadi abah." Ralat Suhaila Wawan membungkuk, ia mengulurkan tangan nya mengusap perut istrinya yang masih terlihat rata.
"Abah berjanji akan lebih giat lagi bekerja untukmu dan Uma. Muah." Ucap Wawan sembari mencium perut istrinya Suhaila tersenyum. ------- "Aaaaaaaaa!!!!" Teriak Wawan yang tengah berdiri di atas batu di pinggir sungai
Wajahnya kusut dan murung Wawan terduduk di atas batu besar tersebut, bahunya berguncang. Ia menangis! "Aaaaaaaaaaa!!!!" Teriak Wawan penuh keputus asaan
Dari kejauhan Gani menatap Wawan sembari menggelengkan kepalanya. Ia tau apa yang sedang terjadi pada Wawan, karena ia ada disaat ayahnya Suhaila memarahi dan menghina Wawan habis2an waktu itu.
"Anakku tak akan pernah bahagia bila masih bersama dengan laki2 macam kau, Wawan!!" Bentak ayahnya Suhaila "Tapi.." "Kau itu tidak lebih baik dari segumpal kotoran!! Kau manusia tak berguna!!" Potong ayah mertuanya tak membiarkan Wawan meneruskan perkataan nya
"Aku sendiri bingung, mengapa Suhaila lebih memilih kau dari pada Jainal anak juragan karet itu!! Ohh. Atau mungkin benar perkataan si jainal, kau mendukuni anakku!! Dasar bajingan tak berguna!!" "Kalau tujuan bapak kemari hanya ingin menghina saya. maaf pak,
Rasanya lebih baik saya kembali bekerja. Permisi." Ucap Wawan "Dasar tak punya sopan santun!! Mau main pergi saja! apa itu yang di ajarkan orang tuamu hah?!!" Wawan tak menghiraukan nya, ia menarik nafas panjang, lalu meneruskan langkahnya. "AKU BELUM SELESAI BERBICARA
DENGANMU!!" Langkah Wawan terhenti, ia berbalik dan menatap lekat ke wajah ayah mertuanya tersebut. "Bicara??" "Asal kau tau! aku tidak pernah merestui kau jadi suami anakku!! Demi kebahagiaan dia, lebih baik kau ceraikan anakku!!"
"Saya tau bapak tidak pernah merestui kami, tapi maaf pak, saya dan Suhaila sudah bahagia dengan kehidupan kami saat ini." "Sampai kapan?? Hah?!! Sampai kapan kau menyiksa anakku dalam penderitaan berumah tangga denganmu! Dari dia lahir sampai dewasa aku tak pernah
Sekalipun membuat anakku menderita. Tapi semenjak dia menikah denganmu, dia terlihat sangat menderita! Tubuhnya kurus dan tak terawat!! Apakah itu yang kau sebut bahagia??!!" "Aku tak apa2 kalau kau ingin menjadi seperti ayahmu yang sanggup hidup susah sampai ke mati!
Tapi tolong jangan bawa anakku kedalam penderitaan seumur hidup itu!!" "CUKUP!! KAU BOLEH HINA AKU! TAPI JANGAN PERNAH MENGHINA ORANG TUAKU!!!" bentak Wawan seraya mendorong tubuh ayah mertuanya hingga jatuh
"Wawan!!" Teriak Gani langsung memegangi tubuh Wawan yang akan menghajar ayahnya Suhaila Di saat Wawan dan Gani bergelut, Ayah Suhaila berlari pergi dengan wajah pucat dan tubuh yang gemetar ketakutan.
"Sudah Wan!! Apa kau tak berpikir kalau sampai Suhaila tau dia pasti akan sangat kecewa padamu." "Apa kau tuli hah?!! Tua bangka itu menghina ayahku, menghina orang tuaku Gan!!" Ujar Wawan dengan nafas yang masih tak beraturan
"Tidak ada gunanya kau melayani ucapan orang tua itu. Yang ada kau makin sakit hati Wan. Sekarang lebih baik kau pikirkan masa depan rumah tanggamu." Belum lagi sempat tenang, Wawan dan Gani di kagetkan dengan panggilan ketus dari bos tempatnya bekerja. "Wawan!!"
Wawan segera berdiri, menyapu2 punggungnya yang kotor dengan telapak tangan. "Iya bos." "Mulai besok kau tak usah datang lagi kemari! Kau di pecat!" Wawan ternganga, "Di pecat? Salah saya apa bos?? Saya bekerja dengan baik, saya juga datang tak pernah terlambat.
Kenapa saya di pecat?" "Ahh. Sudah lah wan, aku tidak ingin berurusan dengan orang itu. Kau tau kan dia cukup berpengaruh di daerah sini." Mendengar kata 'Orang itu' Wawan sadar, pasti yang di maksud bosnya adalah ayah Suhaila.
"Kalau Wawan berhenti, saya juga akan berhenti." Ujar Gani yang berdiri tegak di samping Wawan Wawan tertunduk Lesu, ia merasa bersalah pada Gani.
"Apa rencana mu selanjutnya Wan?" "Mungkin memang benar, Suhaila tak akan pernah bisa bahagia hidup denganku. Dengan apa yang berlaku sekarang, sepertinya aku tidak akan bisa membahagiakan Istriku. Satu2nya tempat yang menerimaku bekerja pun sekarang sudah menolakku."
Ucap Wawan bergetar Gani terdiam, "Tapi aku tak berpikir kau akan melepaskan Suhaila begitu saja." "Lalu aku harus apa Gan? Apa aku harus bersujud dan menjilat telapak kaki ayahnya Suhaila untuk meminta restu??"
"Ya Tuhan, kasihan sekali sahabatku ini. Baru saja dia bahagia, karena mendapatkan suhaila, sekarang datang ujian2 yang begitu berat dalam rumah tangga mereka. Kuatkan lah Wawan Ya Tuhan." Batin Gani
"Gan, tolong jangan beritahu Suhaila kalau aku di berhentikan dari tempat kerjaku ya." Gani mengangguk, ----- "Kak!! Kak Wawan.." Teriak seorang anak kecil yang tengah berlari2 kecil mendekati Wawan Sebelum menoleh pada anak itu, Wawan lebih dulu mengusap air matanya.
"Kak, kak Ila. Kak ila sakit perut. Dia ada di rumah Nini..." Mendengar itu, Wawan langsung berlari tanpa mempedulikan anak itu. Ia benar2 khawatir kalau sampai terjadi apa2 pada istri dan anaknya.
Sesampainya di dekat rumah Nini Ipah, Wawan terhenti. "Masuk! Lihat keadaan istrimu! Jangan sampai nanti menyesal." Ujar Gani mendorong tubuh Wawan dengan keras
Yang membuat Wawan kaget "Sejak kapan kau berada disini??" "Ah, jangan banyak tanya, yang penting sekarang itu masuk kerumah Nini Ipah dan lihat keadaan istrimu!" Jawab Gani sembari menarik tangan Wawan
Saat Wawan masuk kedalam rumah itu, terlihat Istrinya yang sedang berbaring. Ia meringis kesakitan sambil memegangi perutnya. "Suhaila kenap Ni? Apakah sudah akan melahirkan. Tapi bukan nya ini belum masuk bulan ke sembilan?" Tanya Wawan kalut
"Istrimu 'malinggang bulan' (biasanya terjadi di kisaran usia kandungan 8 bulanan. Tergantung masing2 orang juga. Ada yang pernah mengalami dan ada yang tidak, sakitnya sama seperti mau melahirkan.) tidak usah khawatir nanti juga akan berhenti sendiri setelah di minumkan air jahe
"Jawab Nini Ipah Wawan menghela nafas lega. Ia mendekati istrinya. Ingin sekali rasanya mengelus kepalanya dan menenangkan Suhaila. Tapi ia sudah bertekad untuk melepaskan Suhaila selepas bersalin nanti, dan ia tidak ingin
Jika perhatian nya ada Suhaila akan membuat Suhaila tak mau lepas darinya. Karena demi kebahagiaan Suhaila, Ia rela melakukan apapun, meski itu sangat menyakitkan bagi Wawan.
"Kau tak apa2. Tak usah manja!" Ujar Wawan dengan ketusnya "Manja? Ini benar2 sakit sekali Wan! Apa kau menganggapku sedang berpura2??" Ujar Suhaila sesekali meringis
"Kau memang berpura2 kan. Sudahlah. Aku mau pergi. Lebih baik kalau kau nanti sudah selesai berpura2 kau pulang kerumah orang tuamu. Karena selepas kau melahirkan, aku kan menjatuhkan talak padamu!" Ujar Wawan tanpa melihat kearah istrinya yang menahan tangis
"Astagfirullah hal adzim.. Tidak baik berkata seperti itu wan. Istrimu itu memang benar2 tengah kesakitan wan! Istigfar wan! Ya Allah, Drus. Anakmu ini kenapa seperti ini" Ujar Nini Ipah sembari mengelus dadanya
Wawan berjalan keluar, membiarkan istrinya yang masih kesakitan berada di dalam rumah Nini Ipah. Namun baru beberapa langkah keluar dari rumah, Wawan dan Gani di kaget kan dengan Suhaila yang berjalan tertatih2 meninggalkan rumah Nini Ipah.
Nenek tua itu memanggil2 Suhaila, namun wanita tersebut tak menghiraukan nya. Air mata mengalir di setiap langkahnya yang tertatih. Wawan menatapnya dengan rasa khawatir, namun ia tak bisa mendekati istrinya. Ia takut jika itu ia lakukan, akan menghancurkan tekadnya
Untuk melepaskan Suhaila. ------ 2 bulan telah berlalu, semenjak Suhaila pergi, Wawan jatuh sakit memikirkan anak dan istrinya. Ia tau saat itu Suhaila dan anaknya sudah kembali ke rumah orang tuanya.
Dan ia yakin mereka akan baik2 saja di sana. Tapi Wawan sangat rindu, dan rasa rindu itulah yang membuatnya jatuh sakit. "Wan, tak ada gunanya kau melakukan semua ini kalau hanya akan menyiksa kau dan Suhaila. Kau harus pikirkan anakmu! Anak kalian." Ujar Gani
"Mereka sudah bahagia di rumah ayah Suhaila Gan. Biarlah. Biarlah mereka tetap di sana. Karena ku ingin melihat mereka bahagia tanpa aku." "Kau salah Wan! Justru kebahagiaan mereka adalah dapat bersama denganmu! Dan misalkan begini, meskipun Suhaila menikah lagi
Belum tentu laki2 itu akan menerima anakmu dengan ikhlas! Kau harus pikirkan itu Wan! Jangan jadi pecundang! Bangkit! Buktikan pada ayahnya Suhaila kalau kau pun bisa jadi orang sukses untuk anak dan istrimu!"
Wawan menghela nafas pendek, "Ku dengar, Suhaila akan di kawinkan dengan Jainal. Kau tentu tau kan siapa itu jainal? Apa kau mau anakmu di asuh dan di besarkan oleh laki2 macam dia itu?"
Kali ini Wawan langsung bangun dan duduk menatap gusar pada Gani. "Tidak mungkin! Tidak mungkin Suhaila akan di kawinkan." "Terserah kau, mau percaya atau tidak. Yng jelas kabar itu yang ku dengar." Jawab Gani beranjak dari duduknya
"Kau benar Gan. Selama ini aku sudah banyak dosa pada istriku, pada anakku. Aku lebih memikirkan perkataan ayah Suhaila dari pada istri dan anakku." Ujar Wawan Terisak
Gani menepuk bahu Wawan, ia tau apa yang di rasakan sahabatnya itu. "Aku harus menemui Suhaila." ---- "Pergi dari rumahku!!!" Teriak ayah Suhaila mengusir Wawan yang masih berdiri di depan pintu rumah tersebut